Memprihatin memang klo denger crita2 yg seperti itu. Apalagi sekarang banyak remaja yg melakukan seks bebas sampai hamil di luar nikah juga ada yang sampai aborsi.
Betul kata bunda rista kita sebagai ortu memang harus ekstra perhatian ma anak2 kita, juga mengajarkan pendidikan agama yg baik buat anak2 kita. Disamping itu juga kita harus kasi pendidikan seks (sex education) lebih dini buat anak2 kita biar ga dapet info yg salah mengenai pendidikan seks dikemudian hari yang justru bisa menjerumuskannya k hal-hal yang benar.
Pendidikan seks buat anak bisa dbagi dalam 4 tahapan :
1. Anak usia 1-4 tahun
Orangtua disarankan mulai memperkenalkan anatomi tubuh, termasuk alat genital. Perlu juga ditekankan pada anak bahwa setiap orang adalah ciptaan Tuhan yang unik, dan berbeda satu sama lain. Kenalkan, ini mata, ini kaki, ini vagina. Itu tidak apa-apa. Jangan meberitahukan alat kelamin anak dengan nama-nama yang lain. Terangkan bahwa anak laki-laki dan perempuan diciptakan Tuhan berbeda, masing-masing dengan keunikannya sendiri.
2. Anak usia 5-7 tahun
Rasa ingin tahu anak tentang aspek seksual biasanya meningkat. Mereka akan menanyakan kenapa temannya memiliki organ-organ yang berbeda dengan dirinya sendiri. Rasa ingin tahu itu merupakan hal yang wajar. Karena itu, orang tua diharapkan bersikap sabar dan komunikatif, menjelaskan hal-hal yang ingin diketahui anak. Kalau anak laki-laki mengintip temannya perempuan yang sedang buang air, itu mungkin karena ia ingin tahu. Jangan hanya ditegur lalu ditinggalkan tanpa penjelasan. Terangkan, bedanya anak laki-laki dan perempuan. Orangtua harus dengan sabar memberikan penjelasan pada anak.
3. Anak usia 8-10 tahun
Anak sudah mampu membedakan dan mengenali hubungan sebab akibat. Pada fase ini, orangtua sudah bisa menerangkan secara sederhana proses reproduksi, misalnya tentang sel telur dan sperma yang jika bertemu akan membentuk bayi.
4. Anak usia 10-12 tahun
anak sudah mulai memasuki pubertas. Ia mulai mengalami perubahan fisik, dan mulai tertarik pada lawan jenisnya. Ia juga sedang giat mengeksplorasi diri. Anak perempuan, misalnya, akan mulai mencoba-coba alat make up ibunya. Pada tahap inilah, menurut Boyke, peran orangtua amat sangat penting. Orangtua harus menerima perubahan diri anaknya sebagai bagian yang wajar dari pertumbuhan seorang anak-anak menuju tahap dewasa, dan tidak memandangnya sebagai ketidakpantasan atau hal yang perlu disangkal.
Di sisi lain, orangtua harus berusaha melakukan pengawasan lebih ketat, dengan cara menjaga komunikasi dengan anak tetap berjalan lancar. Kalau anak merasa yakin dan percaya ia bisa menceritakan apa saja kepada orang tuanya, orang tua akan bisa mengawasi si anak dengan lebih baik,” ujarnya.
Harus menekankan pentingnya proses pembentukan identitas diri pada anak selama tahap pubertas ini. Karena itu dsarankan anak perempuan memiliki hubungan lebih dekat dengan ibu, dan sebaliknya. Hal itu mempermudah anak membentuk identitas dirinya sendiri sebagai individu dewasa.
Kalau anak perempuan jauh lebih dekat dengan ayahnya, dan kurang akrab dengan ibunya, ia bisa saja mencari sosok ayah jika ia mencari pasangan hidup kelak, tidak suka teman seusianya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar